SELAMAT DATANG DI BLOG GANTOLLE DALEM BANDUNG

Minggu, 03 Januari 2010

SEJARAH GANTOLLE DI INDONESIA


SEJARAH GANTOLLE DI INDONESIA
Cabang olahraga dirgantara ini masih belum banyak diketahui orang di Indonesia, karena olahraga yang juga menggunakan semacam Layangan raksasa ini, baru berkembang di Indonesia pada awal dekade 70-an. Hingga sekarang, setelah hampir 42 tahun, masih banyak yang belum mengenal cabang olahraga dirgantara ini. Kendala yang dihadapi lebih pada persoalan image atau citra, bahwa olahraga ini merupakan olahraga mahal dengan resiko kecelakaan yang tinggi. Upaya mengubah citra negatif menjadi positif harus segera dilakukan melalui kegiatan publikasi intensif untuk menjelaskan kondisi sebenarnya olahraga dirgantara ini.
PORDIRGA Layang Gantung / GANTOLLE
Olahraga layang gantung atau gantole sebenarnya memiliki sejarah yang cukup panjang. Sekitar tahun 1948, seorang peneliti NASA, Francis M. Rogalla memperoleh ide untuk membuat pesawat bersayap lemas, agar bisa dilipat. Ide tersebut pada tahun 1971, dikembangkan menjadi sebuah pesawat sederhana untuk keperluan olahraga, yang kemudian dinamakan hang glider (layang gantung). Untuk menerbangkannya, para atlet harus meloncat dari suatu ketinggian (lereng bukit atau gunung), lalu melayang dan menggantung di bawah pesawat yang dikemudikannya. Gantole yang dikembangkan oleh F.M. Rogalla selanjutnya disebut sebagai Rogalla Glider, dan dibuat dalam 4 model, yaitu Standard Rogalla, Conical Rogalla, High-Aspect Rogalla dan Bastart Rogalla.
Pertumbuhan olahraga layang gantung di Indonesia dimulai pada tahun 1975, ketika beberapa mahasiswa ITB merasa tertarik pada tayangan film olah raga di televisi dimana seseorang bisa melayang-layang di udara menggunakan peralatan sejenis layangan besar. Selanjutnya para mahasiswa yang berjumlah 7 orang itu (Achmad Kalla, Erwin Kurniadi, Imron Zubaidi, Nanang Azhari, Adjie Waseso, Syaiful B. dan Fachruddin), yang kemudian diikuti oleh Ibrahim bersaudara, Erlangga dan Ervan, mulai mengembangkan usaha-usaha untuk mewujudkan keinginannya. Pada saat yang bersamaan, Direktur LAN, Ir. Herudi Kartowisastro yang telah memiliki sebuah peralatan olah raga layang gantung (hadiah dari Wiweko Supono) dan beberapa orang dosen ITB juga menaruh perhatian pada olah raga ini. Maka terjadilah kerjasama antara para mahasiswa Achmad Kalla dkk, Herudi Kartowisastro dan Wiweko Supono.
Pada tahun 1976, PI. Indo Extrussion berhasil membuat kerangka pesawat/ layangan, aluminium type 6061-T6, menggunakan cetakan yang diberikan oleh PT. Federal Motor Jakarta.
Pada tahun 1977, telah berhasil dibuat sebuah layangan yang bentuk dan ukurannya sama persis dengan peralatan layang gantung milik Herudi Kartowisastro, namun mengalami kegagalan dalam percobaan penerbangan. Erwin Kurniadi hanya berhasil menerbangkan layangan ini selama dua detik. Pada tanggal 5 Juli 1977 di Bukit Lagadar, sebuah bukit dengan ketinggian 60 meter di sebelah selatan Cimahi, Ervan Ibrahim, dibawah bimbingan Herudin Kartowisastro, berhasil terbang melayang selama 30 detik. Sejak itulah khayalan para mahasiswa untuk "terbang bagaikan elang" menjadi kenyataan. Dan pada tanggal 22 Juli 1977, mereka pun mendirikan sebuah perkumpulan Layang Gantung pertama di Indonesia yang diberi nama "Gantolle". Sebuah kata dalam bahasa Bugis, yang artinya capung. Perkumpulan ini kemudian menyatakan untuk bergabung dalam satu induk yaitu Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).

( sumber : Federasi Aerosport Indonesia / FASI )

2 komentar:

Anonim mengatakan...

minta di update tiap minggu yach

Anonim mengatakan...

update terus yach ....